Binar Wajah Laila
(Sebuah cerita tentang ASI Ekslusif)
Wajah Laila berbinar bahagia saat mengacungkan pialanya di tengah gemuruh tepuk tangan ratusan hadirin yang memadati sebuah balai pertemuan di sebuah Sekolah Dasar (SD) di Aceh Utara. Anak
tukang sayur bernama Ramli tersebut berkali-kali membalas peluk cium para guru dan rekan-rekan sekolahnya yang tiada henti memberi ucapan selamat atas keberhasilannya menjadi juara dalam cerdas cermat tingkat Kabupaten di daerahnya.Rasa bangga dan haru menelusuk dalam relung hati Ramli dan Fatimah istrinya. "Kita hanya
seorang pedagang sayur yang tidak tamat SD, tapi anak kita menjadi kebanggaan setiap anak di Aceh utara ini," ungkap Ramli lirih sambil memeluk punggung istrinya. Wanita lugu itu hanya mengangguk bangga karena tak tahu harus menjawab apa atas pernyataan suaminya.Namun hati nuraninya sebagai seorang ibu tak pernah jeda mengucap syukur kepada Allah atas karunianya berupa anak cantik yang sehat dan cerdas seperti Laila.
Beberapa orang
ibu
mendekati Fatimah dan menanyakan bagaimana bisa memiliki anak secerdas Laila.Dengan rendah hati Fatimah menjawab bahwa dirinya tidak memiliki fasilitas apapun yang layak dikatakan untuk mendukung Laila menjadi anak cerdas. "Mana mungkin, bu, apa dia ikut berbagai macam les privat atau kursus?" tanya seorang ibu muda penasaran.
"Mana mungkin kami punya uang untuk membiayai kursus, bu, kami hanya pedagang sayur keliling, buat kebutuhan sehari-hari saja susah“, jawab Fatimah jujur. Walau demikian Fatimah jujur mengakui bahwa sejak masih bayi, dia sangat memperhatikan tumbuh kembang sang anak. “Pada saat Laila baru lahir hingga berusia 6 bulan, dia hanya diberi ASI saja. Kami orang yang tidak mampu dan tidak bisa memberikan sesuatu yang lebih berharga kepada anak kami selain ASI yang telah menjadi haknya’, kenangnya.
No comments:
Post a Comment